Minggu, 11 Maret 2012

Wayang Golek

Wayang golek adalah seni pertunjukan yang sudah menjadi ciri bersama di kalangan masyarakat Sunda. Pementasan wayang golek dengan dalang kondang selalu menyedot perhatian masyarakat untuk menontonnya. Tradisi menonton wayang ini seakan sudah menjadi fenomena tersendiri di Tatar Sunda. Para penonton datang dari berbagai pelosok, membawa tikar, kain sarung untuk menutup tubuh sekadar mengusir hawa dingin. Ya, pertunjukan wayang golek biasa dilaksanakan hingga menjelang adzan subuh berkumandang. Tidak heran, jika masyarakat tumpah ruah demi menyaksikan pertunjukan teater boneka kayu tradisional ini. Ini seakan sudah menjadi media pemersatu masyarakat Sunda melalui media seni.

Pementasan wayang golek biasa dilaksanakan dalam beragam acara (sebagai hiburan): acara perkawinan, sunatan, ulang tahun, hingga peresmian. Yang mengundang group wayang golek biasanya dari rakyat biasa, juragan/bangsawan/tokoh masyarakat, hingga lembaga pemerintahan. Tradisi nanggap wayang golek telah menciptakan pola sosial dan pola budaya tersendiri di tanah Sunda. Wayang golek pun mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Jika dulu mungkin hanya bisa disaksikan langsung di tanah lapang, sekarang dengan kecanggihan multimedia, kita bisa menikmatinya lewat VCD/DVD, mendengarkan di kaset/ radio, atau sekadar menontonnya di dunia maya seperti di Youtube. Ada banyak pementasan wayang golek yang sengaja diunggah di dunia maya. Ini sebagai bukti bahwa masyarakat masih mempunyai rasa kareueus (bangga) dan katineung (merindukan) kesenian tradisional wayang golek ini.

Dalam pertunjukan wayang golek dikenal dalang, nayaga, dan sinden.
- Dalang dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang. Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat turun-temurun dari leluhurnya. Dalang Wayang Golek yang terkenal diantaranya adalah Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi.
- Nayaga merupakan istilah pedalangan berarti sekumpulan orang/sekelompok orang yang mempunyai keahlian khusus menabuh gamelan, terutama dalam mengiringi sang dalang dalam pertunjukan wayang.
- Sinden adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan. Pesinden yang baik harus mempunyai kemampuan komunikasi yang luas dan keahlian vokal yang baik serta kemampuan untuk menyanyikan tembang.

A. Asal Usul Wayang Golek
Asal muasal wayang golek sejarah pastinya tidak diketahui secara jelas. Hal ini karena tidak ada keterangan lengkap (baik sumber tertulis maupun lisan). Sejarah wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit. Hal ini karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari.

Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun wayang purwa sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini warnanya polos sesuai dengan warna kayu. Wayang ini menyerupai boneka kayu. Jadi, bahannya bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit. Oleh karena itu, wayang ini kemudian disebut sebagai wayang golek (wayang kayu).

Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650). Di daerah Cirebon disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Adapun pada perkembangan selanjutnya, pementasan wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru (kawasan Bandung Timur) untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal Abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.

B. Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu:
- Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon.
- Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda.
- Wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar Sunarya sekitarr tahun 1970 - 1980.

C. Pembuatan Wayang Golek
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.


D. Nilai Budaya dalam Wayang Golek
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat".

Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut:
  1. Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya.
  2. Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi contoh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku.
  3. Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat.
  4. Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah.
  5. Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat.
  6. Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa.
  7. Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.

Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.

Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi dll.




Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.

Sumber

Baca juga:
- Nama Tokoh-Tokoh Wayang Golek
- Asep Sunandar Sunarya (Dalang Wayang Golek)
- Kerajinan Wayang Golek Giri Harja


Sumber lain:
- Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
- Nisfiyanti, Yanti. 2005. “Wayang Media Sosialisasi Nilai-Nilai Budaya pada Masyarakat Sunda” (Laporan Hasil Penelitian)
- www.id.wikipedia.org

Undak Usuk Basa Sunda

Sampurasun...

Baraya sadayana, wilujeng tepang. Tos lami astrajingga teu nepangan baraya. Hapunten pisan baraya, astrajingga nembe tiasa deui ngaposting dinu blog Sastra Jingga deui. Tah, dina danget ieu astrajingga bade ngaguar ngeunaan undak usuk basa dina basa sunda. Baraya tangtos parantos seueur anu uninga naon ari undak usuk basa. Kangge anu teu aca uninga naon ari undak usuk basa, sok lajengkeun deui maca na.

Undak usuk basa teh upami dihartoskeun kanu basa Indonesia mah "Tingkatan Berbahasa". Anu dimaksad tingkatan di dieu nyaeta, tata cara urang nyarios dibentenkeun ku faktor yuswa. Kumaha cara na urang nyarios ka saluhureun, ka sasama, sareng ka sahandapeun. Sajabina ti eta, undak usuk basa oge dibentenkeun ku kangge saha kecap anu ku urang diucapkeun, keur sorangan atanapi kangge batur. Di dieu aya nu disebat ragam hormat.

Aya sababaraha ragam hormat. Diantawisna anu kahiji disebatna ragam hormat "basa loma". Basa loma biasa na diangge kangge ka sasama anu tos akrab pisan. Basa loma kadanguna kasar, tapi teu disebat kasar sareng teu nyopan da diangge na ge ka sasama anu biasana tos sagulung sagalang. Benten deui upami diangge ka batur anu nembe tepang atanapi nembe kenal, komo deui ka saluhureun. Eta tangtos bae disebatna teu sopan atanapi upami sapertos cara nyarios na Bima dina pawayangan mah "ngoko".

arjuna, nakula, sadewa (katuhu) gunem bari calik bongkok ngahormat raka na yudhistira sareng bima (kiri)
Tah anu salajengna aya ragam hormat "basa lemes". Basa lemes ieu dibentenkeun janten 2. Anu kahiji na basa lemes keur sorangan, sareng anu kadua na basa lemes kangge batur. Basa lemes kangge batur biasana diangge kangge kasaluhureun, ka jalmi anu nembe tepang atanapi nembe kenal boh eta jalmi sasama atanapi sahandapeun. Upami urang nembe tepang atanapi nembe kenal sareng jalmi tangtos bae urang moal tiasa saakrab sareng jalmi anu tos sagulung sagalang sareng urang sadidinten. Tah kukituna urang kedah ngangge basa lemes kangge ka batur ieu. Supados langkung sopan, langkung ngahormat. Kumargi ciri na urang sunda mah someah ka semah, midulur ka batur, depe depe handap asor. Urang kedah ngahormat batur, ke ge batur bakal ngahormat ka urang.

Di handap ieu astrajingga nyutat kecap-kecap anu dikelompokeun kana basa loma, basa lemes keur sorangan, sareng basa lemes keur batur (sumber). Mangga dititenan, teras dilarapkeun kana kahirupan urang sadidinten. Supados basa sunda nu ku urang angge teh saluyu sareng undak usuk basa na. Wilujeng maca...

    UNDAK-USUK BASA (BASA LOMA-BASA LEMES)

     

    Basa Loma
    Basa Lemes
    (Keur ka sorangan)
    Basa Lemes
    (Keur ka batur)



    Abus, asup Lebet Lebet
    Acan, tacan, encan Teu acan Teu acan
    Adi Adi Rai, rayi
    Ajang, keur, pikeun Kanggo Haturan
    Ajar Ajar Wulang, wuruk
    Aji, ngaji Ngaji Ngaos
    Akang Akang Engkang
    Aki Pun aki Tuang Eyang
    Aku, ngaku Aku, ngaku Angken, ngangken
    Alo Pun alo Kapiputra
    Alus Sae Sae
    Ambeh, supaya, sangkan Supados Supados
    Ambek Ambek Bendu
    Ambe, ngambeu Ngambeu Ngambung
    Amit, amitam Permios Permios
    Anggel Bantal Bantal, kajang mastaka
    Anggeus, enggeus Rengse Parantos
    Anjang, nganjang Ngadeuheus Natamu
    Anteur, nganteur Jajap, ngajajapkeun Nyarengan
    Anti, dago, ngadagoan, Ngantosan Ngantosan
    Arek Bade, seja Bade, seja
    Ari Dupi Dupi
    Asa, rarasaan Raraosan Raraosan
    Asal Kawit Kawit
    Aso, ngaso Ngaso Leleson
    Atawa Atanapi Atanapi
    Atoh, bungah Bingah Bingah
    Awak Awak Salira
    Awewe Awewe Istri
    Babari, gampang Gampil Gampil
    Baca Aos Aos
    Badami Badanten Badanten
    Bae, keun bae Sawios, teu sawios Sawios, teu sawios
    Bagea Bagea Haturan
    Baheula Kapungkur Kapungkur
    Baju Baju Raksukan, anggoan
    Bakti Baktos Baktos
    Balik, mulang Wangsul Mulih
    Balur Balur Lulur
    Bangga Sesah Sesah
    Bapa Pun Bapa Tuang Rama
    Bareng, reujeung Sareng Sareng
    Bareto Kapungkur Kapungkur
    Batuk Bantuk Gohgoy
    Batur Babaturan Rerencangan
    Bawa Bantun Candak
    Beak Seep Seep
    Beda Benten Benten
    Beja Wawartos Wawartos
    Bener, enya Leres Leres
    Bengek, mengi Asma Ampeg
    Bere, mere Maparin, masihan Ngahaturaan, ngaleler
    Berekah Pangesto, pangestu Damang, wilujeng
    Beuki Beuki, seneng Sedep
    Beulah Palih Palih
    Beuli, meuli Meser Ngagaleuh
    Beunang Kenging Kenging
    Beungeut Beungeut Pameunteu, raray
    Beurang Siang Siang
    Beurat Abot Abot
    Beuteung Padaharan Patuangan, lambut
    Bibi Pun bibi Tuang bibi
    Bikeun, mikeun Maparinkeun Ngahaturkeun,nyanggakeun
    Bilang, milang Ngetang Ngetang
    Birit, bujur Birit, bujur Imbit
    Bisa Tiasa Tiasa
    Bisi Bilih Bilih
    Biwir Biwir Lambey
    Boa Tiasa jadi Tiasa jadi
    Boga Gaduh Kagungan
    Buang, ngising Miceun Kabeuratan
    Budak Budak Murangkalih
    Bujal Bujal, puser Udel
    Buka puasa Buka Bobor
    Bukti Buktos Buktos
    Bulan Sasih Sasih
    Bungah, gumbira Bingah Bingah
    Burit Sonten Sonten
    Buru Bujeng Bujeng
    Butuh Perlu Peryogi
    Cabak, nyabak Nyabak Cepeng
    Cageur Pangesto, pangestu Damang
    Calana Calana Lancingan
    Cangkeng Cangkeng Angkeng
    Caram, carek, nyarek Nyarek Ngawagel
    Carang, langka Awis Awis
    Carek, nyarekan Nyarekan Nyeuseul
    Carita, nyarita, ngomong Nyanggem Nyarios
    Cenah Cenah Saurna
    Cekel, nyekel Nyekel Nyepeng
    Celuk,nyeluk,gero,ngageroan Nyauran Ngagentraan
    Ceuli Ceuli Cepil
    Ceurik Ceurik Nangis
    Cicing Matuh Calik, linggih
    Ciduh Ciduh Ludah
    Cik, cing Cobi Cobi
    Cikal Cikal Putra pangageungna
    Ciling, pacilingan Kakus Jamban
    Ciri Tanda Tawis
    Cium, nyieum Nyieum Ngambung
    Cokot, nyokot Ngabantun Nyandak
    Cukup, mahi Cekap Cekap
    Cukur, dicukur Dicukur Diparas
    Cunduk, dating Dongkap Sumping, rawuh
    Daek Daek, purun Kersa
    Dagang Dagang Icalan
    Dahar Neda Tuang
    Dangdan Dangdan Dangdos
    Dapur Dapur Pawon
    Denge, ngadenge Nguping, mireng Ngadangu
    Deukeut Caket Caket
    Didik, ngadidik Ngatik Miwuruk,mitutur,miwejang
    Diri Diri Salira
    Diuk Diuk Calik, linggih
    Duga, kaduga Kaduga Kiat
    Duit Artos Artos
    Dumeh, lantaran Jalaran Ku margi
    Eling, inget Emut Emut
    Emboh, tambah Tambih Tambih
    Era Isin Lingsem
    Embung Alim Teu kersa
    Enggon Pamondokan Pangkuleman
    Eukeur, keur Nuju Nuju
    Eusi, ngeusian Ngalebetan Ngalebetan
    Euweuh Teu aya Teu aya
    Gancang Enggal Enggal
    Ganti Ganti Gentos
    Gardeng, reregan Gardeng Lalangse
    Gawe Gawe Damel
    Gede Gede Ageung
    Gelung Gelung Sanggul
    Genah, ngeunah Raos Raos
    Gering Udur Teu damang
    Getol Getol Kersaan
    Geulang Geulang Pinggel
    Geura, pek, heg Geura, mangga Mangga
    Geuwat Enggal Enggal
    Gigir, gigireun Gigireun Gedengeun
    Gimir Gimir Rentag manah
    Gogoda, cocoba Cocoba Cocobi
    Goreng Goreng Awon
    Gugu, ngagugu Nurut Tumut
    Haben Haben Teras-terasan
    Hadir, ngahadiran Nungkulan Ngaluuhan
    Hal, perkara Perkawis Perkawis
    Halis Halis Kening
    Hampura, maap Hapunten Hapunten, haksama
    Hareup Payun Payun
    Harga Harga Pangaos
    Harti Hartos Hartos
    Hate Hate Manah
    Hawatir,watir,karunya Watir Hawatos
    Hayang Hoyong Palay
    Helok Heran Hemeng
    Hese, susah, pelik Sesah Sesah
    Heuay Heuay Angob
    Heubeul, lawas Heubeul Lami
    Heug, seug Mangga Mangga
    Hili, tukeur Liron Gentos
    Hirup Hirup Jumeneng
    Hudang Hudang Gugah
    Huntu Huntu Waos
    Hutang Hutang Sambetan
    Iber, beja, warta Wartos Wartos
    Idin Widi Widi
    Igel Igel Ibing
    Iket Totopong Udeng
    Ilik, ngilikan Ningalan Ningalan
    Ilu, ngilu Ngiring Ngiring
    Imah Rorompok Bumi
    Impi, ngimpi Impen, ngimpen Impen, ngimpen
    Imut Imut Mesem
    Incu Pun incu Tuang putu
    Indit, miang Mios Angkat, jengkar
    Indung Pun biang Tuang ibu
    Inggis, risi Inggis, risi Rempan
    Injeum, nginjeum Nambut Nambut
    Inum, nginum Leueut, ngaleueut Leueut, ngaleueut
    Irung Irung Pangambung
    Isuk, isukan Enjing Enjing
    Itung Itung Etang
    Iwal, kajaba Kajaba Kajabi
    Jaga Jaga Jagi
    Jalma, jelema Jalmi Jalmi
    Jauh Tebih Tebih
    Jawab Walon Waler
    Jero Lebet Lebet
    Jeung Sareng Sareng
    Jiga Jiga Sapertos,sakarupi
    Jual Ical Ical
    Jugjug Bujeng Bujeng
    Juru, ngajuru Ngalahirkeun Babar
    Kabeh, kabehanana Sadayana Sadayana
    Kabur, minggat Minggat Lolos
    Kacida, naker Kalintang Kalintang, teu kinten
    Kajeun, keun bae Sawios Sawios
    Kakara, karek Nembe Nembe
    Karembong Kekemben Kekemben
    Kari, tinggal Kantun Kantun
    Kasakit, nyeri Kasakit, kanyeri Kasawat
    Katara, kaciri Katawis Katawis
    Kapalang, kagok Kapambeng Kapambeng
    Kawas Sapertos Sapertos
    Kawin Nikah, jatukrami Jatukrami,rendengan
    Kede Kenca Kiwa
    Kejo, sangu Sangu Sangu
    Kelek Kelek Ingkab
    Kesang Karinget Karinget
    Keur, pikeun Kanggo Kanggo, haturan
    Kiih Kahampangan Kahampangan
    Kolot Kolot Sepuh
    Kongkorong Kangkalung Kangkalung
    Kop, pek Mangga Mangga
    Kuat Kiat Kiat
    Kudu Kedah Kedah
    Kumbah Kumbah Wasuh
    Kumis Kumis Rumbah
    Kumpul Kempel Kempel
    Kungsi Kantos Kantos
    Kurang Kirang Kirang
    Kuring, sim kuring Abdi, sim abdi Sim abdi
    Labuh Labuh Geubis
    Lahun, ngalahun Ngalahun Mangkon
    Lain Sanes Sanes
    Laju Lajeng Lajeng
    Laki, lalaki Lalaki Pameget
    Laku, payu, laris Pajeng Pajeng
    Lalajo Nongton Nongton
    Lamun, upama Upami Upami
    Lanceuk Pun lanceuk Tuang raka
    Lantaran, sabab Jalaran, sabab Mari
    Leho Leho Umbel
    Letah Letah Ilat
    Leungeun Leungeun Panangan
    Leungit Leunit Ical
    Leutik Alit Alit
    Leuwih Langkung Langkung
    Lila Lami Lami
    Mahal Awis Awis
    Maksud Maksad Maksad
    Malarat, miskin Jalmi teu gaduh Teu kagungan nanaon
    Malem Wengi Wengi
    Malik Malik Mayun
    Mamayu Mamayu Mamajeng
    Mangka, sing, muga Mugi Mugi
    Maot Maot Pupus, tilar dunga
    Marhum Marhum, jenatna Marhum, suargi
    Memeh, samemehna Sateuacanna Sateuacanna
    Mending, leuwih hade Langkung sae Langkung sae
    Meujeuhna Meujeuhna Cekap
    Meueun Panginten Panginten
    Mimimti, mimitina Kawitna Kawitna
    Minangka Etang-etang Etang-etang
    Mindeng, remen Sering Sering
    Minyak Lisah Lisah
    Muga Mugi Mugia
    Mupakat, rempug Mupakat, rempug Rempag
    Murah Mirah Mirah
    Najan, sanajan Sanaos Sanaos
    Ngan Mung Mung
    Ngaran Wasta, nami Jenengan, kakasih
    Ngeunah Ngeunah Raos
    Ngora Ngora Anom
    Nini Pun nini Tuang eyang
    Nyaho Terang Uninga
    Nyaring Nyaring Teu acan kulem
    Nyolowedor Nyolowedor Midua maha
    Obat, ubar Obat, ubar Landog
    Ogan, ondang Ondang Ulem
    Ome,ngomean,menerkeun Ngalereskeun Ngalereskeun
    Paham Paham,ngartso Ngartos
    Paju, maju Majeng Majeng
    Pake, make Nganggo Nganggo
    Palangsiang, bias jadi Tiasa jadi Tiasa jadi
    Palire, malire Malire Merhatoskeun
    Pamajikan Pun bojo Tuang rayi
    Pancuran, kamar mandi Jamban Jamban
    Pandeuri Ti pengker Ti pengker
    Pang, pangna, nu matak Nu mawi Nu mawi
    Panggih, manggih, nimu Mendak Mendak
    Pangkat, kadudukan Kadudukan Kalungguhan
    Pangku, mangku Mangku Mangkon
    Panon Panon Soca
    Pantar, sapantar Sapantar Sayuswa
    Paribasa Paripaos Paripaos
    Pariksa, mariksa Mariksa Marios
    Parna Repot Wales
    Paro, saparo Sapalih Sapalih
    Pasti, tangtu Tangtos Tangtos
    Pati, teu pati Teu patos Teu patos
    Patuh, matuh Matuh Linggih
    Payung Payung Pajeng
    Pedah Ku margi, jalaran Rehing
    Penta, menta Neda, nyuhunkeun Mundut
    Pecak, mecak, nyoba Nyobi Nyobi
    Pencet, mencetan Meuseulan Meuseulan
    Percaya Percanten Percanten
    Perlu Perlu Peryogi
    Permisi Permios Permios
    Peuting Wengi Wengi
    Pihape, mihape Wiat Ngaweweratan
    Piker Piker Manah
    Piligenti Piligentos Piligentos
    Pindah Pindah Ngalih
    Pingping Pingping Paha
    Pipi Pipi Damis
    Poe Dinten Dinten
    Poho Hilap Lali
    Potong, popotongan Patilasan Patilasan
    Puasa Puasa Saum
    Puguh, tangtu Tangtos Tangtos, kantenan
    Purun Purun Kersa
    Rarabi Rarabi Garwaan
    Raksa, pangraksa Pangraksa Panangtayungan
    Ramo Ramo Rema
    Rampes Mangga Mangga
    Rasa, rumasa Rumaos Rumaos
    Rea, loba Seueur Seueur
    Receh Receh Artos alit
    Reujeung Bareng Sareng
    Reuneuh Kakandungan Bobot, ngandeg
    Reureuh Reureuh Ngaso
    Rieut Rieut Puyeng
    Ripuh Ripuh Repot
    Robah Robah Robih
    Roko, ududeun Rokok Sesepeun
    Rua, sarua Sarupi, sami Sarupi, sami
    Rusuh, rurusuhan Enggal-enggalan Enggal-enggalan
    Saba, nyaba Nyanyabaan Angkat-angkatan
    Sabot Keur waktu Waktos
    Sabuk, beubeur Beubeur Beulitan
    Sadia Sayagi Sayagi
    Sakeudeung Sakedap Sakedap
    Salah Lepat Lepat
    Salahsaurang Salahsawios Salahsawios
    Salaki Pun lanceuk Caroge, tuang raka
    Salamet Salamet Wilujeng
    Salat, solat Sambeang Netepan
    Salesma Salesma Pileg
    Salempang, hariwang Salempang Salempang, rajeg manah
    Salin, disalin Disalin Gentos
    Samak Amparan Amparan
    Sampak, nyampak Nyampak Nyondong, kasondong
    Samping Sinjang Sinjang
    Sanding, kasanding Kasanding Kasumpingan
    Sanggeus Saparantos Saparantos
    Sanggup Sanggem Sanggem
    Sare Mondok Kulem
    Sarerea Sadayana Sadayana
    Sarta, jeungna deui Sareng Sareng
    Sarua Sami Sami
    Sasarap Sasarap, neda Tuang
    Sawah Sawah Serang
    Sejen Sejen Sanes
    Seleh, nyelehkeun Masrahkeun Nyanggakeun,ngahaturkeun
    Selewer, nyelewer Midua hate Midua manah
    Semah Tamu Tamu
    Sesa, kari Kantun Kantun
    Sebut Sebat Sebat
    Serah, nyerahkeun Mirak Mirak, ngeser
    Seubeuh Sesek Wareg
    Seuri Seuri Gumujeng
    Siar, nyiar Milari Milari
    Sibanyo Sibanyo Wawasuh
    Sirah Sirah Mastaka
    Sirit Larangan Larangan
    Sisir Pameres Pameres
    Soara, sora Sora Soanten
    Sorangan Sorangan Nyalira
    Sore Sonten Sonten
    Sugan, manawi Manawi Manawi
    Suku Suku Sampean
    Sunat, nyunatan Ngabersihan Nyepitan
    Sungut Cangkem Baham
    Supaya Supados Supados
    Surat Serat Serat, tetesan
    Suweng Suweng Kurabu, gwang
    Tabeat Adat Panganggo
    Tadina Awitna, kawitna Kawitna
    Tai Kokotor Kokotor
    Taksir, ngira Nginten-nginten Nginten-nginten
    Taktak Taktak Taraju
    Talatah Wiat saur Wiat saur
    Tambah Tambih Wuwuh
    Tampa Tampi Tampi
    Tanda, ciri Tawis Tawis
    Tangen, katangen Kanyahoan Kauninga
    Tangtung, nangtung Nangtung Ngadeg
    Tanya Taros Pariksa
    Tapi Nanging Nanging
    Tarang Tarang Taar
    Tarima Tampi Tampi
    Tawar, nawar Nawis Mundut
    Tayoh-tayohna Rupina Rupina
    Teang, neangan Milari Milari
    Tenjo, nenjo, nempo Ningal Ningali
    Tepi Dugi Dugi
    Tere Tere Kawalon
    Tereh Enggal Enggal
    Teleg, teureuy Teleg Telen
    Tembang, nembang Nembang Mamaos
    Tepi, nepi Dugi Dugi
    Tepung Tepang Tepang
    Terus Teras Teras
    Teundeun Simpen Simpen
    Tincak Tincak Dampal
    Titah, nitah, jurung Ngajurungan Miwarangan
    Tonggong Tonggong Pungkur
    Topi, dudukuy Topi, dudukuy Tudung, langgukan
    Tulis Tulis Serat
    Tulung, pitulun Pitulung Pitandang
    Tulus Cios Cios
    Tuluy Teras, lajeng Teras, lajeng
    Tumpak Tumpak Tunggang
    Tunggu Antos Antos
    Turun Turun Lungsur
    Ucap Ucap Kedal, lisan
    Ulah Teu kenging Teu kenging
    Ulin Ulin Ameng
    Umur Umur Yuswa
    Urus, nguruskeun Ngalereskeun Ngalereskeun
    Urut Tilas Tilas
    Utama Utami Utami
    Waktu Waktos Waktos
    Wani Wantun Wantun
    Waras Cageur Damang
    Wareh, sawareh Sapalih Sapalih
    Warga, dulur Wargi Wargi
    Watara, sawatara Sawatawis Sawatawis
    Wawuh Wanoh, kenal Kenal
    Wedak Pupur Pupur
    Wedal Wedal Weton
    Wilang, kawilang Kaetang Kaetang
    Wudu Wulu, wudu Abdas

Ari jelema kiwari mikir na kumaha ??!!

Ieu judul postingan teh moal kapanggih naon maksudna lamun teu dibaca nepi ka tamat. Matakna maca na nepi ka tamat nya. Saacan na kuring re...